Minggu, 24 Mei 2015

Rohingya "Palestina di Asia "


Rohingya "Palestina Di Asia" merupakan judul yang saya pilih untuk mememulai tulisan ini. Di Timur Tengah saudara kita rakyat Palestina terusir dari Negerinya sendiri yang di jajah oleh Yahudi. Hal serupa tidak jauh berbeda dengan apa yang di alami dengan Rohingya di Myanmar.

Hasil penelusuran asal-usul etnis Rohingnya kita menemukan banyak versi asal usul enik Rohingnya. Banyak perbedaan-perbedaan dalam mendiskripsikan asal-usul etnis Rohingnya yang disampaikan oleh oleh para pakar sejarah di antaranya sebagai berikut
  1. Khalilur Rahman mengatakan, kata "Rohingya" berasal dari bahasa Arab yaitu "Rahma" yang berarti pengampunan. Sejarawan itu menelusuri pula peristiwa kecelakaan kapal pada abad ke-8, tepatnya pada saat kapal Arab terdampar di Pulau Ramree (perbatasan Myanmar dan Bangladesh). Pada saat itu, para pedagang keturunan Arab itu terancam hukuman mati oleh Raja Arakan. Mereka memberontak dan berteriak "Rahma." Penduduk Arakan kesulitan untuk menyebut Kata "Rahma" mereka justru menyebut "Raham" (kasihanilah kami) dari "Raham" kata itu berubah menjadi "Rohang" dan akhirnya menjadi "Rohingya."
  2. Mantan Presiden dan Sekretaris Konferensi Muslim Arakan, Jahiruddin Ahmed dan Nazir Ahmed. Ahmed mengklaim, kapal yang terdampar di Ramree adalah kapal milik warga Muslim Thambu Kya, yang tinggal di pesisir pantai Arakan. Merekalah warga Rohingya yang sebenarnya, dan mereka merupakan keturunan warga Afghanistan yang tinggal di Ruha.
  3. MA Chowdhury memiliki pendapat lain mengenai asal usul Rohingya. Chowdhury yakin, di antara warga Myanmar, ada populasi Muslim yang bernama "Mrohaung." Warga itu berasal dari Kerajaan Kuno Arakan dan nama "Mrohaung" diubah menjadi "Rohang."  
  4. Sejarahwan asal Myanmar, Khin Maung Saw menjelaskan, warga Rohingya tidak pernah muncul dalam sejarah Myanmar, sebelum tahun 1950. Sejarahwan Myanmar lainnya juga yakin, tidak ada kata "Rohingya" dalam sensus penduduk 1824, yang dilakukan oleh Inggris.
  5. Klaim baru pun muncul dari Universitas Kanda yang menyebutkan bahwa warga Rohingya merupakan keturunan dari bangsa Benggala yang bermigrasi ke Burma pada dekade 1950an. Mereka melarikan diri di era kolonialisme
  6. Bersamaan dengan itu, Dr. Jacques P mengatakan bahwa penggunaan kata "Rooinga" sudah ada pada abad ke-18, dan kata itu dipublikasikan oleh seorang warga Inggris.
  7. Menurut sejarah, peradaban Muslim di Arakan sudah ada pada abad ke-8, tepatnya di saat pedagang Arab tiba di Asia. Mereka bermukim di Kota Mrauk-U dan Kyauktaw, wilayah itu saat ini dipenuhi oleh etnis Rohingya. Tepat pada 1785, Burma menguasai Arakan dan sekira 35 ribu warga Arakan kabur ke wilayah Chittagong yang dikuasai Inggris. Mereka menyelamatkan diri dari penindasan Burma dan meminta perlindungan terhadap Inggris.  Di bawah perlindungan Inggris, warga Arakan diminta untuk membantu Inggris dalam bidang pertanian. Mereka diminta untuk bermigrasi ke sebuah lembah di Arakan dan bercocok tanam. Perusahaan Hindia Timur Britania meluaskan kontrol administrasi Benggala di Arakan.
  8. Pada abad ke-19, ribuan warga Benggala di Chittagong bermukim di Arakan untuk mencari pekerjaan. Sementara itu, beberapa etnis Arakan juga tinggal di Benggala. Populasi warga Muslim Arakan semakin meningkat dan hal itu dibuktikan lewat sensus Inggris 1891.
Melihat fakta sejarah ini, etnis rohingya bukan hal tabu di Negara bagian Arakan, Myanmar, kecuali memang ada sebagian ahli sejarah yang pro terhadap pembumihangusan etnis ini, lalu membuat fakta sejarah etnis rohingya baru muncul setelah tahun 1950-an.

Sebab-sebab etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar
  1. Rohingnya merupakan etnis minoritas di Myanmar yang menjadi sasaran kebencian ajaran Budha yang didalangi oleh biksu Ashin Wirathu dengan Gerakan 969. Gerakan 969 merupakan gerakan kebencian terhadap muslim di Myanmar sejak tahun 2001 di dipelopori Ashin Wirathu. Berbagai kejahatan kemanusian terhadap Rohingya dilakukan oleh pengikut Asin Wirathu. Pembakaran terhadap perkampungan muslim Rohingya, Pembunuhan terhadap orang tua, wanita dan anak-anak bahkan balita, penculikan etnis rohingya, membakar muslim Rohingya hidup-hidup menjadi teror bagi musli Rohingya.
  2. Tidak adanya pengakuan sebagai warga negara di Myanmar, dengan penarikan Kartu Putih yang merupakan Identitas bagi etnis Rohingya.
  3. Sikap pemerintah Myanmar yang acuh tak acuh serta cuek terhadap kejahatan kemanusian yang dilakukan oleh pengikut Ashin Wirathu seolah-olah kejahatan tersebut tidak pernah terjadi. 
Nelayan Aceh Teungku Razali yang menemukan mereka di lautan lepas dengan sigap membantu kaum muslim Rohingya. Rakyat Aceh bergerak secara spontan saat saudara seiman sedang dalam masalah. 



    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar